Perempuan dan Usaha Jamur di Laman Satong

Perempuan dan Usaha Jamur di Laman Satong

Indonesia - 23 July, 2018

Senyum hangat merekah di wajah Elyani ketika memeluk kumpulan jamur tiram yang baru saja ia panen dari kumbung jamur percontohan di Laman Satong. Hari itu, para perempuan yang tergabung didalam Kelompok Perempuan “Bedau Jaya” memetik hasil panen perdana mereka. Jamur yang mereka panen tersebut merupakan bagian dari kegiatan yang difasilitasi oleh Tropenbos Indonesia untuk kelompok perempuan di Desa Laman Satong, Ketapang, Kalimantan Barat.

Tropenbos Indonesia tak hanya sendirian dalam memberikan dukungan bagi kegiatan kelompok perempuan ini. PT Kayong Agro Lestari, anak usaha ANJ Group, yang merupakan perkebunan kelapa sawit terdekat dengan desa ini juga memberikan kontribusi dana untuk mengawali usaha jamur tersebut. Setelah beberapa pertemuan dengan staf lapangan Tropenbos Indonesia di markas lapangan di Laman Satong, PT KAL setuju untuk berkontribusi dan menyediakan dana bagi pembangunan kumbung jamur tiram ini. Setelah kumbung jamur siap, Tropenbos Indonesia memfasilitasi penyediaan media pertumbuhan, mengajarkan perawatan rutin jamur tersebut, dan mengajarkan teknik pemanenan serta penanganan pasca panen seperti pemrosesan jamur tersebut menjadi camilan ringan (snacks). 

Memiliki usaha jamur seolah merupakan jawaban atas mimpi para wanita di Desa Laman Satong. Sebagian besar dari para wanita ini adalah ibu rumah tangga, yang bergantung sepenuhnya terhadap upah yang diperoleh suami mereka sebagai pekerja di kebun kelapa sawit untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Memiliki sumber mata pencaharian lain, karenanya, senantiasa merupakan impian mereka sehingga ketika Tropenbos Indonesia datang dengan ide untuk membentuk kelompok perempuan yang akan mengelola usaha jamur, mereka langsung merespon ide tersebut dengan antusias. Mereka yang tergabung didalam kelompok perempuan ini membentuk 6 kelompok yang masing-masing beranggotakan 6 orang. Setiap hari dalam seminggu satu kelompok secara bergiliran harus bertanggung jawab menyirami dan merawat jamur tersebut. Hanya pada hari Minggu mereka libur, tetapi itupun mereka tetap akan bergantian mengecek kumbung jamurnya. 

Menambah penghasilan melalui mata pencaharian alternatif sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga warga desa untuk dapat mendukung program ‘hijau’ yang digulirkan. Kepedulian terhadap lingkungan mungkin tidak akan menjadi prioritas bila mereka masih harus berkutat dengan kehidupan sehari-hari. Mereka tak akan mampu melindungi hutan dan sumber daya alam lainnnya bila mereka perlu mengambil sumber daya dari hutan untuk memperoleh sejumlah dana tunai agar dapat bertahan hidup. Meski usaha jamur bukanlah satu-satunya pilihan karena potensi desa ini masih sangat luas, memulai dengan jamur sangatlah menjanjikan dan tidak hanya kelompok perempuan tetapi juga masyarakat desa telah sangat bangga dan bersyukur atas usaha jamur mereka.

Sebagai hasil dari kegiatan ini, jamur segar berhasil disuplai ke pasar lokal dan ke dapur perusahaan kelapa sawit PT KAL. Mereka panen sekitar 3-4 kg jamur per hari, yang dijual dengan harga Rp30,000 per kg. Selain itu pembeli juga datang dari Ketapang dan Siduk. Keberhasilan mereka berkontribusi terhadap pendapatan keluarga telah membangun rasa percaya diri mereka dan membuat mereka mendapat pengakuan dari pemerintah desa. 

Kisah pertanian jamur di Laman Satong ini telah menyebar dengan cepat dan kumbung jamur sederhana di desa mereka telah dikunjungi oleh banyak orang dari desa-desa lain di sekitarnya, baik yang datang perorangan maupun dalam kelompok. Mereka yang berkunjung menyampaikan keinginannya untuk belajar dan mereplikasi model jamur tersebut di desa mereka sendiri. Bahkan sejumlah lembaga seperti Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) dan ASRI telah menyatakan ketertarikan mereka untuk mereplikasi usaha jamur tersebut bagi desa-desa/kelompok masyarakat yang mereka fasilitasi. TNGP berencana mereplikasi usaha jamur tersebut untuk desa-desa di sekitar TN dan ASRI untuk program “chainsaw buyback” nya. (IRK)