Simulasi game untuk skenario pengelolaan lahan gambut

Simulasi game untuk skenario pengelolaan lahan gambut

Indonesia - 21 June, 2022

Penulis: Lisa Tanika

Tuntutan terhadap kesejahteraan ekonomi telah mendorong pengembangan areal perkebunan dan pertanian di lahan gambut, yang memicu pembangunan kanal-kanal secara masif. Situasi ini telah menyebabkan lahan gambut terdegradasi lebih cepat, kekeringan yang lebih parah terjadi pada musim kemarau, dan ahan jadi lebih rentan terhadap kebakaran. Pada akhirnya keadaan ekonomi masyarakat setempat terpengaruh dan menimbulkan terjadinya konflik sosial. Untuk mengatasi masalah ini, restorasi hidrologi diperlukan demi pemulihan fungsi hidrologis lahan.

Demi keberhasilan strategi restorasi hidrologi, setidaknya empat rantai pengetahuan menuju aksi diperlukan, yaitu: pemahaman, komitmen dan tindakan, operasionalisasi, dan inovasi. Namun demikian, para pemangku kepentingan seringkali memiliki sudut pandang dan pemahaman yang berbeda-beda terkait restorasi yang disebabkan oleh minat yang berbeda pula. Keadaan ini membuat komitmen antar para pemangku kepentingan sulit dibangun dan kegiatan restorasi menjadi tidak terintegrasi.

 Simulasi game lisa (2).jpeg

Oleh karena itu, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyelaraskan pemahaman dan ruang lingkup spasial, yang dalam hal ini dengan melihat Kesatuan Hidrologis (PHU) lahan gambut sebagai satu kesatuan ekosistem yang tidak terpisahkan. Para pemangku kepentingan bekerja pada kawasan ekosistem gambut yang sama, dan kegiatan yang dilakukan oleh satu atau lebih pemangku kepentingan di kawasan KHG tertentu akan berdampak pada keseluruhan ekosistem lahan gambut dan mempengaruhi pemangku kepentingan lainnya. Pada tahap ini, para pemangku kepentingan perlu memahami masalah lingkungan dan ekonomi yang dihadapi terkait pengelolaan lahan gambut. Komitmen untuk mencari solusi dapat dibangun setelahnya, diikuti dengan tindakan kolaboratif oleh semua pihak.

Sebagai bagian dari upaya Tropenbos Indonesia untuk memfasilitasi proses membangun pemahaman dan komitmen yang sama dari para pihak tersebut, Lisa Tanika, kandidat PhD dari Wageningen University & Research yang saat ini magang di Tropenbos Indonesia, tengah mengembangkan sebuah panduan untuk memfasilitasi proses tersebut. Dalam kajiannya, simulasi sederhana dibangun dengan mereplikasi ekosistem gambut, termasuk kondisi sosial ekologinya. Simulasi sederhana ini akan memungkinkan pemangku kepentingan lokal untuk mencoba merancang berbagai skenario dalam mengelola lahan gambut mereka, dan memahami setiap dampak atau konsekuensi yang harus mereka tanggung akibat keputusan yang diambil. Dengan adanya panduan ini, diharapkan para pemangku kepentingan memiliki gambaran yang lebih jelas tentang pengelolaan lahan gambut berkelanjutan, memiliki kesadaran dan kepedulian yang tinggi untuk melindungi kawasan gambutnya, dan mampu menerapkan skenario terbaik dalam pengelolaan lahan gambut secara nyata di wilayahnya.

Model.jpg
 
Sebelum simulasi permainan yang akan diselenggarakan bersama para pemangku kepentingan lokal di lokasi kerja Tropenbos Indonesia di Sungai Putri, Ketapang, Lisa akan melakukan simulasi dengan beberapa mahasiswa dari universitas yang akan bekerja sama. Selanjutnya akan dilakukan simulasi lagi dengan para anggota Multi Stakeholder Working Group (MSWG) Kabupaten Ketapang dan forum antar desa Format Lingkar, sebelum akhirnya simulasi dilakukan dengan kelompok masyarakat lokal, baik yang terlibat maupun tidak terlibat secara langsung dengan program yang diintervensi oleh Tropenbos Indonesia di kawasan ini.

 Puzzle.jpg

***