Hari Temu Usaha 2023: Sinergi dukungan bagi usaha ramah iklim

Hari Temu Usaha 2023: Sinergi dukungan bagi usaha ramah iklim

Indonesia - 20 March, 2023

Setelah sukses dengan Kompetisi Usaha Rakyat Ramah Iklim (KURRI) putaran pertama dengan “Hari Temu Usaha dan Temu Lapang Petani” pada 2022, tahun ini Tropenbos Indonesia kembali menggelar “Hari Temu Usaha” sebagai acara puncak dari rangkaian kegiatan KURRI putaran ke-2 yang berlangsung di Pendopo Kabupaten Ketapang pada Rabu, 15 Maret 2023. Acara ini mendapat dukungan penuh dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Ketapang sebagai bentuk komitmen untuk mendukung pengembangan usaha mikro ramah iklim. Hadir dalam acara pembukaan Staff Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Ketapang, Junaidi Firawan.

Rangkaian kegiatan KURRI putaran ke-2 ini telah berlangsung sejak Juni 2022 di bawah payung program MoMo4C (Mobilizing More for Climate). “KURRI menjaring usaha-usaha mikro ramah iklim yang berkontribusi positif terhadap upaya adaptasi perubahan iklim,” kata Edi Purwanto, Direktur Tropenbos Indonesia. Usaha-usaha yang terjaring selama proses pra seleksi dan seleksi KURRI memperoleh pendampingan untuk pengembangan usaha, mulai dari peningkatan kapasitas dalam penyusunan rencana usaha, meningkatkan kualitas produk, manajemen keuangan (pembukuan sederhana), memperluas jaringan pemasaran, hingga meningkatkan manfaat sosial dan lingkungan dari keberadaan usaha.

HTU-2.JPG

Menurut Triana, Program Coordinator MoMo4C Tropenbos Indonesia, KURRI tahun ini kembali menekankan pada pemahaman peserta terhadap perubahan iklim, dampak, dan upaya mitigasi dan adaptasi, serta penguatan kapasitas melalui pelatihan penyusunan rencana usaha. “Pasca kompetisi, kami akan melakukan pendampingan secara intensif terhadap finalis KURRI untuk pengembangan usahanya,” katanya.

Para peserta KURRI tahun ini berasal dari 8 desa dari 4 kecamatan di Kabupaten Ketapang dengan 8 jenis usaha dari 14 pelaku usaha yang lolos tahap pra seleksi pada Juli 2022. Setelah penilaian oleh tim juri, akhirnya terpilih 7 pelaku usaha sebagai finalis, yang kemudian mendapatkan pendampingan untuk pengembangan usaha selama kurang lebih 5 bulan (September 2022 – Januari 2023). Mereka berasal dari 7 desa (4 kecamatan) dengan 5 jenis usaha, yaitu budidaya hortikultura, kerajinan anyaman, produk olahan pangan (keripik batang pisang dan jamu herbal), serta produksi kompos. Diantara pemenang, ide memanfaatkan batang pisang yang banyak terbuang sebagai limbah, dan melestarikan jamu herbal warisan keluarga turun temurun yang awalnya hanya dikonsumsi sendiri ternyata mampu memikat hati juri.

Seleksi penilaian berfokus pada potensi pengembangan bisnis peserta, yaitu sejauh mana potensi produksi, pemasaran, kapasitas sumber daya manusia, dan pembiayaan dapat berkembang bila mereka terpilih sebagai finalis dan/atau pemenang KURRI. Selain itu, focus penilaian juga pada keberlanjutan usaha dari sisi ekonomi, sosial, dan lingkungan, selain ada tidaknya inovasi lokal dan relevansi usaha peserta dengan kriteria ramah iklim. Beberapa kriteria yang dilihat dalam penilaian keberlanjutan usaha adalah penyediaan lapangan pekerjaan, unsur pendidikan bagi masyarakat sekitar dan generasi muda, keterlibatan perempuan, serta keberlanjutan bahan baku dengan menerapkan pengelolaan secara lestari.

HTU-3.JPG

Selain pameran aneka produk dari para pelaku usaha yang menjadi finalis dan pemenang KURRI tahun lalu maupun tahun ini, acara juga diisi dengan business matching antar peserta yang hadir, dan talkshow interaktif dengan pembicara dari UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar), Super Nova, dan BRI. Beragam pertanyaan yang dilontarkan peserta rata-rata terkait dengan upaya pengembangan usaha mikro melalui kolaborasi dan penguatan jaringan pemasaran maupun permodalan. Pada kesempatan ini, beberapa perwakilan dari Dekranasda, market place, perusahaan, dan lembaga pemerintah juga menyatakan kesediaannya untuk mendukung para pelaku usaha mikro, baik dengan menerima produk yang dihasilkan maupun dengan memberikan permodalan bila memenuhi persyaratan. BRI, misalnya, memiliki produk pembiayaan berupa kredit usaha rakyat yang bisa diakses pelaku usaha mikro yang sudah menjalankan usahanya setidaknya selama 6 bulan. Ada pula Super Nova yang siap melakukan pendampingan dan penguatan kelembagaan bagi usaha mikro di tingkat kabupaten, dan selanjutnya menghubungkan dengan pasar maupun sumber pembiayaan bila usaha mikro tersebut telah siap.

HTU-4.JPG

Donatus Rantan, staf ahli kabupaten di bidang penguatan masyarakat dan gender, di akhir acara ini mengatakan, “Bukan soal juara yang dicari, tapi sama-sama belajar menjalankan usaha. Misalnya, dari pelatihan pembukuan, pelaku usaha mikro bisa membukukan usahanya dengan lebih baik.” Ia menekankan perlunya kerja sama antar pihak, baik diantara pelaku usaha sendiri, dengan pemerintah kabupaten, dengan NGO lainnya, maupun dengan pihak swasta. “Meskipun pemerintah tidak selalu bisa hadir secara fisik di lapangan, tetapi komunikasi yang efektif menunjukkan tetap adanya dukungan yang kuat dari pemerintah daerah terhadap kegiatan ini,” katanya. Selain itu, ia berpesan, melibatkan kelompok milenial juga merupakan cara yang bisa ditempuh oleh para pelaku usaha mikro untuk memasarkan produk secara efektif.**