Tropenbos Indonesia kontributor kunci untuk panduan skrining HCV

Tropenbos Indonesia kontributor kunci untuk panduan skrining HCV

Indonesia - 03 May, 2021

Tropenbos Indonesia membantu mengembangkan pendekatan untuk mengidentifikasi kawasan dengan nilai konservasi tinggi dalam suatu lanskap. Pada akhir tahun 2020, pedoman yang diperbarui telah diterbitkan, yang diharapkan menjadi alat yang sangat berharga bagi perusahaan, LSM, dan pemerintah.

Secara global, minat pada pendekatan Nilai Konservasi Tinggi (NKT) telah meningkat. Pendekatan ini berfokus pada habitat alami yang terletak di luar kawasan lindung. Ini menganjurkan untuk mengelola kawasan dengan nilai-nilai biologis, ekologis, sosial atau budaya yang penting untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai-nilai tersebut. Forest Stewardship Council pertama kali mengembangkan pendekatan ini pada akhir 1990-an, dan selama bertahun-tahun pendekatan ini diadopsi oleh berbagai skema sertifikasi dan inisiatif untuk mempromosikan produksi yang berkelanjutan.

Awalnya, pendekatan NKT dikembangkan pada skala unit pengelolaan, seperti konsesi penebangan bersertifikat atau perkebunan kelapa sawit. Namun, agar pendekatan NKT menjadi lebih efektif, pendekatan tersebut juga perlu mempertimbangkan konteks lanskap yang lebih luas. Misalnya, memperhatikan hubungan dengan kawasan NKT lain dan kawasan lindung dapat mengidentifikasi peluang untuk koridor satwa liar.

Tropenbos Indonesia mulai mengembangkan dan menerapkan pendekatan NKT di seluruh lanskap di Ketapang, Kalimantan Barat, serta di provinsi Jambi dan Sumatera Barat. Berdasarkan pengalaman di Ketapang, Tropenbos Indonesia menerbitkan ringkasan kebijakan pada tahun 2018. Hal ini menjadikannya salah satu organisasi pertama yang menggabungkan pengalamannya dalam menerapkan pendekatan NKT pada skala lanskap.

Pekerjaan perintis ini tidak luput dari perhatian. Pada tahun 2019, HCV Resource Network (HCVRN) meminta Tropenbos Indonesia untuk memberikan masukan untuk panduan Skrining HCV. Panduan ini akan membantu perusahaan, organisasi, dan pemerintah di seluruh dunia untuk mengidentifikasi kawasan NKT utama dalam lanskap atau yurisdiksi. Penapisan digunakan untuk menilai kemungkinan keberadaan NKT, untuk menentukan ancaman terhadap NKT tersebut, dan untuk mengidentifikasi nilai mana yang memerlukan intervensi paling mendesak.

Pada tahun 2020, HCVRN dan Tropenbos Indonesia melanjutkan kerjasama mereka dan mulai bekerja sama untuk menguji metode penyaringan HCV di Kabupaten Kapuas Hulu di Kalimantan Barat. Berdasarkan pekerjaan ini, mereka membuat perbaikan signifikan pada panduan penyaringan, menambahkan contoh praktis dari indikator yang menentukan probabilitas dan ancaman NKT. HCVRN menerbitkan panduan yang diperbarui pada akhir tahun.

Hasilnya adalah panduan untuk metode yang kuat, dengan penerapan yang luas. Perusahaan dapat menggunakannya untuk menginformasikan sertifikasi dan inisiatif sumber berkelanjutan, LSM dapat menggunakannya untuk merencanakan intervensi, dan pemerintah dapat menggunakannya untuk mendukung perencanaan penggunaan lahan dan menginformasikan peraturan. Tropenbos Indonesia sekarang bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, serta pemerintah daerah, untuk mengidentifikasi kawasan NKT di tingkat yurisdiksi. Hal ini dapat berguna untuk pembuatan koridor satwa liar dan penetapan Kawasan Ekosistem Esensial—kategori konservasi baru untuk habitat alami di luar kawasan lindung. Diharapkan hal ini akan membantu para pemangku kepentingan untuk melestarikan nilai-nilai biologis, ekologis, sosial dan budaya yang penting dalam lanskap yang produktif.